Kamis, 06 November 2014

Asuhan Sumbatan Serumen









MAKALAH









ASKEP SUMBATAN SERUMEN





 





































OLEH :



Nama : Moetia Rahayu A. Manto



NIRM : 1201024











PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO



T.A 2013/204



KATA PENGANTAR



                                                                                                     



Assalamu’alaikum. Wr. Wb.



Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nyalah, saya selaku penulis makalah yang berjudul ”Askep Sumbatan Serumen” yang mana makalah ini sebagai salah satu tugas yang diberikan, Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat pada waktunya.



Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.



Wassalamu’alaikum. Wr. Wb







Manado, 02 Maret 2014







                                                                                                                          Penyusun



































DAFTAR ISI







KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………….….2



DAFTAR ISI………..……………………………………………………………………………………..3



BAB I PENDAHULUAN………...……………………………………………………………………….4



A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………….4



B. Tujuan…………………………………………………………………………………………………..5



BAB II PEMBAHASAN………………….……………………………………………………………….6



A. Pengertian………………………………………………………………………………………………6



B. Etiologi / Penyebab……………………………………………………………………………………..6



C. Patofisiologi…………………………………………………………………………………………….6



D. Manifestasi Klinis………………………………………………………………………………………7



E. Penatalaksanaan Therapi…………………………………………………………………………….....7



F.  Komplikasi………………………………………………………………………………………….….8



G. Pathway / Penyimpangan KDM…………………………………………………………………….….8



H. Auhan Keperawatan teori………………………………………………………………………………8



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN (Contoh Kasus)……………………………………...............…16



BAB IV PEMBAHASAN KASUS SESUAI TEORI……………………………………………………23



BAB V PENUTUP………………………………………………………………………………….……24



A. Kesimpulan…………………………………………………………………………….…………...…24



B. Saran…………………………………………………………………………………………………..24



DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………25



















BAB I



PENDAHULUAN







A.     Latar Belakang



Serumen obsturan merupakan salah satu kelainan telinga, dimana pada liang telinga terdapat sumbatan oleh serumen. Sumbatan yang disebabkan oleh serumen obsturan dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh serumen obsturan pada



anak terhadap gangguan pendengaran. Sekitar 9,6 juta orang Indonesia tercatat mengalami gangguan atau cacat pendengaran. Kasus itu banyak terjadi pada orang tua. Namun masalah lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah gangguan pendengaran akibat paparan bising, infeksi dan  sumbatan kotoran telinga yang banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Gangguan pendengaran pada anak dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Data yang didapat dari Balai Kesehatan Indera Manusia (BKIM) kota Semarang pada November 2007 yang diperoleh pada anak-anak usia Sekolah Dasar, dari 467 siswa kelas 1 yang diperiksa telinganya ditemukan persentase kejadian serumen obsturan sebesar 29,55%. Angka temuan ini merupakan jumlah yang besar dibandingkan penyebab gangguan pendengaran lain seperti otitis media kronik supuratif (OMKS) 1,28% dan sensory neural hearing loss (SNHL) unilateral 0,21 %1. Penelitian mengenai insidensi serumen obsturan di Indonesia belum begitu banyak, mungkin hal ini disebabkan karena serumen obsturan ini dianggap bukan suatu permasalahan yang terlalu serius. Data dari WHO pada akhir tahun 2007 didapatkan gambaran umum insidensi serumen obsturan di Indonesia sebesar 18,7%. Di Kota Semarang sendiri penelitian yang dilakukan oleh BKIM kota Semarang, pada tahun 2007 menunjukkan angka yang cukup besar pada penderita serumen obsturan pada anak usia sekolah dasar. Sekitar 29,55 % anak SD kelas 1di kota Semarang ditemukan adanya serumen obsturan, jadi  dari total 25.471 anak SD kelas 1 di kota semarang, 7.526 anak mengalami serumen obsturan 1. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil penelitian yang menunjukkan insidensi serumen obsturan sebesar 21,4%. Angka insidensi serumen obsturan ini dipengaruhi oleh faktor resiko pembentukan serumen obsturan. Penelitian yang dilakukan oleh Guest JF dkk. Menyebutkan bahwa berbagai faktor berkaitan dalam pembentukan serumen obsturan, factor internal seperti kelainan bentuk anatomis liang telinga, sekret serumen berlebihan, kelainan sistemik, aktifitas bakteri dan jamur dalam liang telinga berperan dalam pembentukan serumen obsturan. Faktor eksternal seperti car membersihkan liang telinga, kelembaban udara yang tinggi, serta lingkungan yang berdebu juga



berperan dalam pembentukan serumen obsturan.







B.     Tujuan



1.      Tujuan Umum



Agar kita sebagai mahasiswa mengerti bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan penyakit sumbatan serumen (gangguan telinga)



2.      Tujuan Khusus



           1.     Untuk mengetahui definisi dari penyakit sumbatan serumen



           2.      Untuk mengetahui etiologi dari penyakit sumbatan serumen



           3.      Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit sumbatan serumen



           4.      Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit sumbatan serumen



5.      Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan  diagnostik pada penyakit sumbatan serumen



           6.      Untuk mengetahui penatalaksanan medis penyakit sumbatan serumen



7.      Untuk mengetahui bagai mana asuhan keperawatan pada pasien penyakit sumbatan serumen























































BAB II



TINJAUAN TEORI







A.     Pengertian



Sumbatan serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu.



Sumbatan Serumen adalah hasil dari produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa yang terdapat dibagian kartilago liang telinga luar dan epitel kulit yang terlepas dan pertikel debu, yang berguna untuk melicinkan dinding liang telinga dan mencegah masuknya serangga kecil kedalam liang telinga. Dalam keadaan normal serumen terdapat disepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan didaerah ini dan keluar dengan sendirinya dari liang telinga  akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membrane timpani menuju keluar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.



                                      



B.     Etiologi



Sumbatan pada telinga bagian luar biasanya disebabkan oleh kotoran telinga (serumen). Saluran telinga memiliki kelenjar yang menghasilkan serumen untuk melindungi telinga dari masuknya debu, bakteri, dan partikel asing yang dapat menyebabkan kerusakan pada telinga. Normalnya serumen ini akan perlahan-lahan keluar dari telinga atau bisa dikeluarkan dengan membersihkan telinga. Jumlah serumen yang dihasilkan berbeda-beda pada setiap orang. Beberapa orang memiliki produksi serumen yang lebih banyak dibanding orang lain. Pada beberapa kasus, serumen bisa mengeras di dalam saluran telinga dan menyebabkan sumbatan. Kondisi ini bisa memberat jika kotoran telinga (serumen) terdorong masuk saat membersihkan telinga.



Pada anak-anak, sumbatan juga bisa disebabkan oleh benda asing. Anak-anak bisa memasukkan benda-benda kecil ke dalam telinganya, misalnya manik-manik, anting, penghapus karet, mainan, kancing, atau kacang-kacangan. Serangga juga kadang bisa ditemukan di dalam liang telinga. Biasanya benda-benda tersebut bisa tersangkut dan tidak dapat keluar.







C.     Patofisiologi



Kumpulan serumen yang berlebihan bukanlah suatu penyakit. Sebagian orang menghasilkan amat banyak serumen seperti halnya sebagian orang lebih mudah berkeringat dibandingkan yang lain. Pada sebagian orang,serumen dapat mengeras dan membentuk sumbatan yang padat ;pada yang lain , mungkin merasakan telinganya tersumbat atau tertekan.Bila suatu sumbatan serumen yang padat menjadi lembab,misalnya setelah mandi ,maka sumbatan tersebut dapat mengembang dan menyebabkan gangguan pendengaran sementara.(Adams boies higler)







Dermatitis kronik pada telinga luar, Liang telinga sempit, Produksi serumen terlalu banyak dan kental, Kebiasaan membersihkan telinga yang salah yang menjadikan terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran . usaha membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.







D.     Manifestasi Klinis



Gejala yang timbul akibat sumbatan serumen dapat berupa rasa telinga tersumbat, sehingga pendengaran berkurang. Rasa nyeri dapat timbul apabila serumen keras membatu, dan menekan dinding liang telinga. Telinga berdengung (tinitus) dan pusing dapat timbul apabila serumen telah menekan membran timpani, terkadang dapat disertai batuk, oleh karena rangsangan nervus vagus melalui cabang aurikuler.







E.  Penatalaksanaan Terapi







a. Serumen yang masih lunak, dapat dibersihkan dengan kapas yang dililitkan oleh aplikator (pelilit).



b. Serumen yang sudah agak mengeras dikait dan dibersihkan dengan alat pengait.



c. Serumen yang lembek dan letaknya terlalu dalam, sehingga mendekati mebran timpani, dapat dikeluarkan dengan mengirigasi liang telinga (spooling).



d. Serumen yang telah keras membatu, harus dilembekkan terlebih dahulu dengan karbol gliserin 10 %,



3 kali 3 tetes sehari, selama 2-5 hari (tergantung keperluan), setelah itu dibersihkan dengan alat pengait atau diirigasi (spooling).



v  Teknik Irigasi Liang Telinga



Dalam melakukan tindakan irigasi liang telinga (spooling) ada beberapa hal yang harus diketahui dan diperhatikan oleh tenaga medis sebelum melakukan tindakan tersebut, antara lain :



• Pasien tidak mempunyai riwayat sakit telinga yang menyebabkan rupture gendang telinga, seperti riwayat congekan (OMSK), maupun riwayat trauma gendang telinga.



• Pasien tidak sedang mengalami sakit telinga luar (otitis eksterna).



F.   Komplikasi



a. Penyumbatan



b. Otitis eksterna



c. Perikondritis (inf tl.rawan : kartilago)



d. Trauma gendang telinga







G. Pathway



Produksi serumen







Cara membersihkan serumen (kotoran) yg salah







Penumpukkan serumen







Serumen mengeras/membatu dan menekan dinding liang telinga



 




    Nyeri                          perubahan persepsi sensoris            laserasi kulit dan trauma                     membrane timpani



                                                Gangguan pendengaran                                       



                                                                                                                       Resiko infeksi











H.  Asuhan Keperawatan pada Sumbatan Serumen



1.           PENGKAJIAN



Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan,  tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, alamat dan rencana terapi.







1.1  RIWAYAT KESEHATAN



1.       Riwayat penyakit Dahulu



Apakah pasien pernah mengalami Riwayat kesehatan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran karena sumbatan serumen,biasanya kebiasaan dan kecerobohan membersihkan telinga yang tidak benar  atau klien suka berenang dapat mempengaruhi penyakit ini











2.      Riwayat Penyakit Sekarang



Penderita biasanya mengeluh nyeri, Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun,  rasa tidak enak ditelinga.      .







3.      Riwayat Penyakit Keluarga.



 Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit sumbatan serumen dalam telinga seperti klien saat ini atau apakah ada riwayat pendengaran  atau riwayat keluarga.







1.2  PEMERIKSAAN FISIK



 Kaji keadaaan umum:kaji tingkat kesadaran,berat badan dan tinggi badan klien. Dan kaji tanda-tanda



vital klien.







    KEPALA



Amati bentuk kepala apakah ada oedema,dan amti apakah ada kondisi luka(jahitan)







    Rambut



Biasanya rambut klien tidak bersih, rontok dan dikepala tidak ada pembengkakan.







    Wajah



Biasaya wajah pasien kelihatan pucat karna adanya nyeri







    Mata



Biasanya kedua mata klien simetris,reflek cahaya baik, dan konjungtiva biasanya anemis,biasanya palpebra klien tdak udema,skelera tdak ikterik,pupil isokor







    Telinga



Biasanya telinga klien Terjadi penyumbatan Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, Pendengaran terganggu, Rasa nyeri telinga / otalgia







    Hidung



Biasanya klien tidak ada mengeluh dengan masalah hidung.







    Bibir



Biasanya bibir pasien tampak pucat dan kering.







    Gigi



Biasanya kelengkapan gigi, kondisi gigi klien tampak normal dan biasanya    kebersihan gigi  kurang.







    Lidah



Biasanya tampak normal tdakkotor,tdak hiperik







    LEHER



Biasanya leher pada klien penyakit benda asong dalam telinga  ini tampak normal saja







    DADA



        Inspeksi



Biasanya bentuk dan kesemetrisan rongga dada tampak normal. Biasanya klien tampak susah bernafas / mengatur jalannya nafas dada,frekwensi nafas 12 sampai 20 X permeni,tidak dyspnea.







    Palpasi



Biasanya normal,biasanya dgn menggunakan getaran vocal yg dsebut vocal primitus







    Perkusi



Biasanya bunyi ketukan pada dinding dada dan bunyi dada normal jaringan sonor







    Auskultasi



Biasanya tidak ada terdengar bunyi tambahan pada saat klien melakukan insipirasi dan ekspirasi.







4. JANTUNG



1. inspeksi : biasanya ictus cordis tampak normal terlihat pada ICS -5



2. palpasi   : biasanya lokasi ictus cordis teraba normal tidak lebih dri 1cm



3. perkusi   : biasanya batas-batas jantung klien pada penyakit ini normal



4. auskultasi : biasanya irama denyutan jantung terdengar normal







5. ABDOMEN







1.Inspeksi    : biasanya tidak adanya pembesaran rongga abdomen



2.Auskultasi : biasanya bunyi bising usus terdengar frekuensinya tidak normal karna klien mengalami penurunan nafsu makan



3.Palpasi     : biasanya teraba normal saja



4. Perkusi    : biasanya bunyi ketukannya terdengar normal







6.  GENITOURINARIA



Biasanya klien tidak ada terpasang kateter







    EKSTREMITAS



Biasanya kekuatan otot kurang dari normal akibat klien terasa letih menahan nyeri dan biasanya ekstremitas atas terpasang infus untuk menambah cairan dalam tubuh klien karna nafsu makan klien berkurang dan biasanya kekuatan otot klien ini menurun.







    SISTEM INTEGUMEN



Biasanya warna kulit klien tampak pucat dan biasanya suhu kulit meningkat







    SISTEM NEUROLOGI



Biasanya sistem neuro pada klien penyakit  ini normal saja







9. DATA POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI







    Nutrisi



kondisi                 Sebelum sakit        Saat sakit



1.Selera makan







2.Frekuensi makan







3.Makanan pantangan







4.Pembatasan pola makan



  Biasanya klien mempunyai nafsu makan yang tinggi.



Biasanya klien makan 3x sehari.



sbelum sakit klien sering minum yang dingin dan makan makanan yang pedas-pedas.



Sebelum sakit pola makan klien tidak teratur.



  Biasanya nafsu makan klien menurun.



Biasanya klien makan 1x sehari karna tidak adanya nafsu makan.



Saat sakit klien tidak ada lagi makan makanan pamntangan.



Saat sakit pola makan klien di atur







    Eliminasi (BAB & BAK)



kondisi                 Sebelum sakit        Saat sakit



- BAB







1. frekuensi (waktu)



2.Kesulitan



3.Obat pencahar







-     BAK



    Frekuensi



    Warna dan bau



  Biasanya pagi dan sore.



Biasanya seblm skit tdk ada kesulitan.



Biasanya tidak menggunakan obat pencahar



Biasanya 5x sehari



Biasanya warnanya kuning kejernihan dan berbau amis



  Saat sakit frekuensinya biasnya berkurang,kadang2 tdk ada.



Biasanya terjadi defekasi.



Biasanya kadang2 menggunakan obat pencahar



Biasanya saat sakit BAK sering karna penambahan cairan melalui infus.



Biasanya warnanya kuning kejernihan dan berbau amis,kadang berbau obat,klien yg mengonsumsi



obat antibiotik biasnya urine nya berbau obat itu.







    Istirahat dan tidur



kondisi                 Sebelum sakit        Saat sakit



    Jam tidur



-          Siang



-          Malam



    Kesulitan tidur



  Biasanya jarang tidur siang karna kesibukan di luar rumah.



Biasanya tidur malam klien teratur.



Biasanya klien tidak mengalami kesulitan tidur



  Biasnya sering tidur siang karna klien hanya berbaring di tempat tidur.



Biasnya klien susah tidur malam.



Biasanya klien mengalami kesulitan tidur karna kondisi penyakitnya.











    Aktifitas sehari-hari dan perawatan diri



kondisi                 Sebelum sakit        Saat sakit



    Kegiatan sehari-hari



    Perawatan diri



  Klien sibuk dan menghabiskan waktu d luar rumah karna pekerjaan.



Perawatn dri klien biasanya teratur dan bersih.



  Klien hanya istirahat di tempat tidur.



Perawtan diri klien berkurang, hygine klien berkurang.







10.DATA SOSIAL EKONOMI



Biasanya jika klien masih remaja dan orangtua klien sebagai PNS, biasanya yang menbiayai



pengobatan klien orangtua, dan biasanya mengalami masalah keuangan karna biaya penginapan RS



dan pengobatan klien selama di RS.







11.DATA PSIKOSOSIAL



Biasanya psikologis klien terganggu selama di rawar di RS karna sakit yang di deritanya dan



ketidaknyamanan,biasanya klien mempunyai harapan cepat sembuh dan ingin pulang dan adanya



kemampuan mekanisme koping dalam keluarga klien.







12.DATA SPIRITUAL



Biasanya pelaksanaan ibadah klien tidak sama dengan pelaksanaan ketika klien masih sehat,klien



sholat hanya berbaring di atas tempat tidur karna klien tidak mampunya untuk shnolat berdiri, dan



biasanya klien merasakan beban yang sangat berat atas  kondisinya saat ini.















2.             DIAGNOSA KEPERAWATAN



   a. Nyeri akut b.d serumen yg mengeras



   b. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi



   c. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani



3.           INTERVENSI KEPERAWATAN







1. Nyeri akut b.d. serumen yg mengeras Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang, KH:



- Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.



- Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.







  1. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-10 )



2. Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.



Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi



1. Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.



2. Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri.







2 . Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi        Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran



pasien meningkat, KH:



- Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan gesekan tangan



- Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya



1. Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat



2. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau , jika diperlukan seperti musik lembut



3. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan



Rasional :



1. Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.



2. Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas tenang



3. Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan



3                            Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani      .Setelah diberikan asuhan keperawatan, risiko infeksi tidak terjadi, KH:



- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)



- Tanda- tanda vital dalam batas normal          1. Observasi adanya tanda-tanda terjadinya infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa)



2. Observasi tanda-tanda vital



3. Pertahankan tehnik aseptik dalam melakukan tindakan



4. Kolaborasi:



Berikan antibiotika sesuai indikasi.



Rasional :



1. Mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi dan indicator dalam melakukan intervensi selanjutnya



2. Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.



3. Tindakan aseptik saat merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.



4. Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur dan menurunkan risiko infeksi



Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan                                            



















BAB III



ASUHAN KEPERAWATAN (contoh kasus)











1.    Nama                              : Sdr. A



2.    Usia                                 : 12 Tahun



3.    Jenis kelamin                  : Laki-laki



4.    Agama                             : Islam



5.    Status marital                   :



6.    Pendidikan/ pekerjaan     : Siswa



7.    Alamat                                        : kel. Islam kec. Tuminting







Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri pada daerah telinga dan sering merasakan pusing sejak seminggu ini.







1.1 RIWAYAT KESEHATAN



1.  Riwayat penyakit Dahulu



Pasien belum pernah mengalami Riwayat kesehatan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran karena sumbatan serumen,



2.      Riwayat Penyakit Sekarang



Pasien  mengeluh nyeri, Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun,  rasa tidak enak ditelinga.      .



3.      Riwayat Penyakit Keluarga.



Keluarga pasien mengatakan ada salah satu anggota keluarganya pernah mengalami penyakit seperti yang dirasakan sekarang.







1.2 PEMERIKSAAN FISIK



keadaaan umum:



tingkat kesadaran :  GCS              



kesadaran : compos mentis



tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmhg, Nadi : 68x/mnt, suhu : 37,7’ C, TB : 145 cm, BB : 38kg



KEPALA



Amati bentuk kepala apakah ada oedema,dan amti apakah ada kondisi luka(jahitan)



Rambut



Biasanya rambut klien tidak bersih, rontok dan dikepala tidak ada pembengkakan.



Wajah



Biasaya wajah pasien kelihatan pucat karna adanya nyeri



Mata



Biasanya kedua mata klien simetris,reflek cahaya baik, dan konjungtiva biasanya anemis,biasanya palpebra klien tdak udema,skelera tdak ikterik,pupil isokor



Telinga



Biasanya telinga klien Terjadi penyumbatan Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, Pendengaran terganggu, Rasa nyeri telinga / otalgia



Hidung



Biasanya klien tidak ada mengeluh dengan masalah hidung.



Bibir



Biasanya bibir pasien tampak pucat dan kering.



Gigi



Biasanya kelengkapan gigi, kondisi gigi klien tampak normal dan biasanya    kebersihan gigi  kurang.



Lidah



Biasanya tampak normal tdakkotor,tdak hiperik



LEHER



Biasanya leher pada klien penyakit benda asong dalam telinga  ini tampak normal saja



DADA



        Inspeksi



Biasanya bentuk dan kesemetrisan rongga dada tampak normal. Biasanya klien tampak susah bernafas / mengatur jalannya nafas dada,frekwensi nafas 12 sampai 20 X permeni,tidak dyspnea



    Palpasi



Biasanya normal,biasanya dgn menggunakan getaran vocal yg dsebut vocal primitus



    Perkusi



Biasanya bunyi ketukan pada dinding dada dan bunyi dada normal jaringan sonor



    Auskultasi



Biasanya tidak ada terdengar bunyi tambahan pada saat klien melakukan insipirasi dan ekspirasi.



4. JANTUNG



1. inspeksi : biasanya ictus cordis tampak normal terlihat pada ICS -5



2. palpasi   : biasanya lokasi ictus cordis teraba normal tidak lebih dri 1cm



3. perkusi   : biasanya batas-batas jantung klien pada penyakit ini normal



4. auskultasi : biasanya irama denyutan jantung terdengar normal



5. ABDOMEN



1.Inspeksi    : biasanya tidak adanya pembesaran rongga abdomen



2.Auskultasi : biasanya bunyi bising usus terdengar frekuensinya tidak normal karna klien mengalami penurunan nafsu makan



3.Palpasi     : biasanya teraba normal saja



4. Perkusi    : biasanya bunyi ketukannya terdengar normal







6.  GENITOURINARIA



Biasanya klien tidak ada terpasang kateter



    EKSTREMITAS



Biasanya kekuatan otot kurang dari normal akibat klien terasa letih menahan nyeri dan biasanya ekstremitas atas terpasang infus untuk menambah cairan dalam tubuh klien karna nafsu makan klien berkurang dan biasanya kekuatan otot klien ini menurun.







7. SISTEM INTEGUMEN



Biasanya warna kulit klien tampak pucat dan biasanya suhu kulit meningkat







8. SISTEM NEUROLOGI



Biasanya sistem neuro pada klien penyakit  ini normal saja







9. DATA POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI



Nutrisi



kondisi                 Sebelum sakit        Saat sakit



1.Selera makan



2.Frekuensi makan



3.Makanan pantangan



4.Pembatasan pola makan



Biasanya klien mempunyai nafsu makan yang tinggi.



Biasanya klien makan 3x sehari.



sbelum sakit klien sering minum yang dingin dan makan makanan yang pedas-pedas.Sebelum sakit pola makan klien tidak teratur.Biasanya nafsu makan klien menurun.Biasanya klien makan 1x sehari karna tidak adanya nafsu makan.Saat sakit klien tidak ada lagi makan makanan pamntangan. Saat sakit pola makan klien di atur



Eliminasi (BAB & BAK)



kondisi                 Sebelum sakit        Saat sakit



- BAB



1. frekuensi (waktu)



2.Kesulitan



3.Obat pencahar



-     BAK



    Frekuensi



    Warna dan bau



Biasanya pagi dan sore. Biasanya seblm skit tdk ada kesulitan. Biasanya tidak menggunakan obat pencahar Biasanya 5x sehari Biasanya warnanya kuning kejernihan dan berbau amis Saat sakit frekuensinya biasnya berkurang,kadang2 tdk ada.Biasanya terjadi defekasi. Biasanya kadang2 menggunakan obat pencahar Biasanya saat sakit BAK sering karna penambahan cairan melalui infus. Biasanya warnanya kuning kejernihan dan berbau amis,kadang berbau obat,klien yg mengonsumsi obat antibiotik biasnya urine nya berbau obat itu.







Istirahat dan tidur



kondisi                 Sebelum sakit        Saat sakit



    Jam tidur



-          Siang



-          Malam



    Kesulitan tidur



Biasanya jarang tidur siang karna kesibukan di luar rumah. Biasanya tidur malam klien teratur. Biasanya klien tidak mengalami kesulitan tidur Biasnya sering tidur siang karna klien hanya berbaring di tempat tidur. Biasnya klien susah tidur malam. Biasanya klien mengalami kesulitan tidur karna kondisi penyakitnya.



Aktifitas sehari-hari dan perawatan diri



kondisi                 Sebelum sakit        Saat sakit, Kegiatan sehari-hari, Perawatan diri.



Klien sibuk dan menghabiskan waktu d luar rumah karna pekerjaan. Perawatn dri klien biasanya teratur dan bersih. Klien hanya istirahat di tempat tidur. Perawtan diri klien berkurang, hygine klien berkurang.







10.DATA SOSIAL EKONOMI



Biasanya jika klien masih remaja dan orangtua klien sebagai PNS, biasanya yang menbiayai pengobatan klien orangtua, dan biasanya mengalami masalah keuangan karna biaya penginapan RS dan pengobatan klien selama di RS.



11.DATA PSIKOSOSIAL



Biasanya psikologis klien terganggu selama di rawar di RS karna sakit yang di deritanya dan ketidaknyamanan,biasanya klien mempunyai harapan cepat sembuh dan ingin pulang dan adanya kemampuan mekanisme koping dalam keluarga klien.



12.DATA SPIRITUAL



Biasanya pelaksanaan ibadah klien tidak sama dengan pelaksanaan ketika klien masih sehat,klien



sholat hanya berbaring di atas tempat tidur karna klien tidak mampunya untuk shnolat berdiri, dan



biasanya klien merasakan beban yang sangat berat atas  kondisinya saat ini.







2.  DIAGNOSA KEPERAWATAN



  a. Nyeri akut b.d.serumen yang mengeras



  b. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi



  c. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani











3.INTERVENSI







NO.



DIAGNOSA



KRITERIA HASIL



INTERVENSI



RASIONAL







1.



Nyeri akut b.d. serumen yg mengeras.Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang,



- Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.

- Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.



1. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-10 )

2. Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.

Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi



1. Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.

2. Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri.







2.



Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi           Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran



- Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan gesekan tangan

- Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya



1. Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat

2. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau , jika diperlukan seperti musik lembut

3. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan



1. Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.

2. Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas tenang

3. Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan







3.



Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani            .Setelah diberikan asuhan keperawatan, risiko infeksi tidak terjadi



- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)

- Tanda- tanda vital dalam batas normal   



1. Observasi adanya tanda-tanda terjadinya infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa)

2. Observasi tanda-tanda vital       

3. Pertahankan tehnik aseptik dalam melakukan tindakan

4. Kolaborasi:

Berikan antibiotika sesuai indikasi.



1. Mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi dan indicator dalam melakukan intervensi selanjutnya

2. Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.

3. Tindakan aseptik saat merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.

4. Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur dan menurunkan risiko infeksi

Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan                                           










4.IMPLEMENTASI



Melaksanakan/ melakukan tindakan yang telah direncanakan sesuai dengan intervensi   untuk kesembuhan dan meningkatkan kesehatan klien.







5.EVALUASI



Pada tahap ini perawat akan mengevaluasi atau melakukan pemeriksaan kembali untuk mengetahui sejauh manakah perkembangan terhadap pasiennya serta untuk mengetahui apakah intervensi dan implementtasi telah tercapai atau belum.























































































BAB IV



PEMBAHASAN KASUS







DIAGNOSA



1.      Nyeri akut b.d. serumen yg mengeras



serumen (kotoran telinga) diproduksi oleh kelenjar yang ada di telinga ketika liang telinga jarang dibersihkan serumen bisa mengeras di dalam saluran telinga dan menyebabkan sumbatan. Kondisi ini bisa memberat jika kotoran telinga (serumen) terdorong masuk saat membersihkan telinga. Rasa nyeri dapat timbul apabila serumen keras membatu, dan menekan dinding liang telinga.



2.      Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi



Sama halnya dengan diagnose yang pertama Kebiasaan membersihkan telinga yang salah yang menjadikan terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran .



3.      Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani



Dalam keadaan normal serumen terdapat disepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan didaerah ini dan keluar dengan sendirinya dari liang telinga  akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membrane timpani menuju keluar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah. Ketika produksi serumen meningkat dan terjadi sumbatan maka serumen sulit untuk dikeluarkan sehingga akan melewati membrane timpani dan akan menyebabkan trauma atau cedera pd daerah tsb.



                    















































BAB V



PENUTUP







A.     Kesimpulan



Sumbatan serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu.



Sumbatan pada telinga bagian luar biasanya disebabkan oleh kotoran telinga (serumen). Pada beberapa kasus, serumen bisa mengeras di dalam saluran telinga dan menyebabkan sumbatan. Kondisi ini bisa memberat jika kotoran telinga (serumen) terdorong masuk saat membersihkan telinga.



Gejala yang timbul akibat sumbatan serumen dapat berupa rasa telinga tersumbat, sehingga pendengaran berkurang. Rasa nyeri , terkadang dapat disertai batuk, Telinga berdengung (tinitus) dan pusing.







B.     Saran



Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurang-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang,dan kami juga berharap:



           Setelah membaca makalah ini,kami berharap kita menjadi lebih tahu dan lebih faham tentang proses keperawatan tentang sumbatan serumen di telinga.



           Dan yang paling penting kita bisa mengaplikasikan ilmu ini dalam kahidupan pekerjaan kelak.



















































DAFTAR PUSTAKA







·         http://www.riversideonline.com



·         http://tht-fkunram.blogspot.com/2009/02/otitis-eksternaoe_ 24.html



·         http://obatsumbatanserumen.wordpress.com/



·         http://artikelkeperawatan.com/askepsumbatanserumen/od33



·         Ari, Elizabeth. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pendengaran dan Wicara. Editor : Dr. Mutia Ayu., Sp THT-KL., M.Kes. UNPAD Bandung.